Kritik (sastra) berasal dari kata krites (Yunani kuno) yang berarti ‘hakim’.Krites
sendiri semula berasal dari krinein ‘menghakimi’.Selanjutnya krtikos
pada mulanya di gunakan pada kaum ahli tata bahasa (bangsawan) atau kaum gramatikos pimpinan
Aritachos di Alexandria.Sementara dalam sastra Latin klasik istilah krtikus
diartikan lebih tinggi daripada grammaticus dengan penjelasan bahwa istilah
critcus juga berarti ‘penafsiran naskah’ dan ‘penafsiran kata-kata.
Setelah berabad-abad dunia sastra barat telah membahas tentang kritik
sastra dan telah lahir beberapa jenis-jenis kritik sastra dengan lahirnya
beberapa New critism,Merlyn,Nouvelle Crtique Post-Strukturalisme.Sementara di
Indonesia sendiri di mulai pada kritik sastra pada zaman balai
pustaka,dan terus berlanjut pada zaman punjangga,kritik sastra pada periode
Angkatan 45,teori sastra kritik sastra kelompok Lekra sampai teori sastra lisan
Indonesia.
Arif Budiman dalam pandangan kritik sastranya berpedoman terhadap
kritik Sastra Ganzheit. Teori Ganzheit pada dasarnya di
latarbelakangi oleh Psikologi Gestal.Dinyatakan bahwa “memahami sebuah karya
sastra itu ibarat memahami manusia,bukan memahami jalan setapak demi
setapak,unsur demi unsur,melainkan secara totalitas seperti di buktikan oleh
psikologi Gestalt.”
Dasar pemikiran psikologi Gestalt ialah “Bahwa suatu keseluruhan memiliki
kualitas baru yang tidak sama dengan jumlah semua unsurnya.Kita sering
membaca sebuah kata dan tanpa kita sadari pada kata itu adalah sebuah
huruf yang hilang atau salah cetak.Kita mengenal sebuah wajah secara
intim,tetapi pada suatu saat timbul pertanyaan bagaimana bentuk bibir atau
hidung dari wajah itu secara tepat sehingga tanpa kita sadari sulit
merekontruksi bentuk bibir dan hidung.”
Maka dengan latar belakang psikologi Gestalt maka,Arif budiman
menawarkan metedo krtik Ganzeit yaitu metode krtik sastra yang tidak terlebih
dahulu mengunakan patokan-patokan umum untuk menilainya.Yang diperlukan ialah
kemampuan krtikus untuk menghidupkan kembali secara utuh pengalaman
–pengalamanya ketika bertemu dengan karya sastra.
Dalam kritik sastra Arif Budiman melihat suatu sastra secara
keseluruhan(tidak dicincang-cincang). mengkritik sastra itu sesungguhnya
mengadakan pertemuan yang mesra dengan karya sastranya, tidak ada hubungan
subjek atau objek, melainkan pertemuan antara subjek dan subjek.Disamping menggunakan
metode ilmiah yang umum, kritik sastra juga menggunakan metode kritk sastra
yang khusus pula dalam arti mempunyai teori sendiri yang khusus dengan
metodenya sendiri yang khusus.
Walaupun demikian model kritik sastra yang di utarakan oleh Arif Budiman
dapat dikatakan sama dengan teori strukturalisme karena strukturalisme juga
memandang unsur-unsur karya sastra itu tidak bermakna secara
sendiri-sendiri,tetapi di tentukan oleh hubungannya dengan unsur itu dan
keseluruhanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar